Sasmita Yogyakarta

Entah mengapa, sejak dari masa sekolah dasar aku begitu memimpikan untuk dapat menginjakkan kakiku ke Yogyakarta dan tanah-tanah di sekitarnya. Tanah Diponegoro itu benar-benar memanggil-manggilku hingga jiwaku terkadang mencoba terbang untuk mengarungi atmosfir kota itu. Menyentuh dinding-dinding keraton. Melayang-layang di atas Malioboro. Menyapa UGM dan memperkenalkan kepadanya bahwa ada kampus semacam dia di kota ku (namun kampus itu kalah bersinar dibanding dia). Atau lebih jauh sedikit, menyambangi Merapi. Berkenalan dengan Borobudur. Wuih, khayalan yang menyenangkan. Bahkan beberapa kali aku bermimpi aku sedang berada di pinggir Malioboro.

Tetapi, beberapa kali datang kesempatan untuk memenuhi obsesiku itu, ada saja aral yang selalu menghalangi langkahku menuju ke sana. Dahulu pernah ketika paman ku sakit di Yogyakarta, ayah berencana berangkat ke sana. Aku ingin sekali ikut ayah, tetapi ayah menolak permintaanku dengan alasan kondisiku yang tidak sehat. Akhirnya ayah lebih memilih untuk mengajak adikku. Di lain kesempatan aku pernah diajak seorang teman untuk pergi ke Yogyakarta pada waktu liburan. Namun sayang, aku tidak punya dana yang cukup untuk memenuhi keinginanku itu. Maklumlah waktu itu statusku masih sebagai seorang mahasiswa yang cuma bisa menadahkan tangan kepada orang tua. Dan aku bukanlah seorang anak yang berasal dari keluarga yang dapat dengan mudah memperoleh uang untuk rekreasi dan jalan-jalan ke daerah mana pun yang aku suka.

Lalu beberapa minggu yang lalu, kembali aku membatalkan rencanaku pergi ke Yogyakarta dikarenakan alasan ada kesibukan yang harus diselesaikan dalam waktu dekat ini. Tampaknya lagi-lagi aku harus bersabar menanti saat yang tepat, tubuh yang sehat dan dana yang ‘lebat’ untuk dapat segera menghirup udara Kota Pendidikan itu.

Aku terus bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan kota Yogyakarta? Mengapa aku begitu merindukannya padahal aku belum pernah sekalipun pergi ke sana? Apakah ada sesuatu yang harus kutemui? Atau mungkin seseorang? Atau apa? Begitu kuat sasmita yang dikirimkan kota itu hingga bertahun-tahun menggelitik batinku.

Andaikan ada sesuatu yang harus kutemui di sana, kuharap sesuatu itu adalah hal-hal baik yang dapat mengubah jalan hidupku menjadi lebih maju dan bermakna. Kuharap sesuatu itu adalah hal-hal indah yang mampu membentuk pribadiku lebih dewasa dan lebih dahsyat keunggulannya daripada masa-masa sebelumnya.

Jika sasmita Yogyakarta ini adalah merupakan pertanda bahwa aku akan menemui seseorang di sana, maka aku harap orang yang akan aku temui itu adalah seorang wanita. Seorang wanita yang selama ini mengisi mimpi-mimpi hidupku. Sesosok cinta yang kutunggu-tunggu. Seorang jodoh yang akan menghancurkan kesendirianku. Semoga saja. (he..he..he..).

Komentar

  1. Ujung-ujungnya soal perempuan juga ternyata...hahaha

    Datanglah ke Jogja, kawan.

    Nanti aku ajak ke tempat-tempat yang kau disebutkan dalam tulisanmu.

    Aku tunggu.

    BalasHapus

Posting Komentar