Lelaki Itu Telah Pergi

Bagiku ia adalah lelaki yang luar biasa. Lelaki yang hampir dalam keseluruhan hidupnya bergulat dengan kesederhanaan. Tegar menghadapi begitu banyak kesulitan. Ulet melawan kepayahan. Dia adalah lelaki kebanggaanku. Lelaki petarung, seorang pejuang yang ganas melawan beringasnya kehidupan. Di atas nasib hidupnya yang sederhana, ia membangun kebahagiaan diri dan keluarganya.

Bagiku ia adalah lelaki yang penuh keikhlasan. Menerima wanita yang dicintainya sepenuh hati walaupun wanita itu sudah kurang sempurna lagi bagi seorang lelaki. Tetapi cinta baginya adalah tetap cinta. Ia merangkul cinta itu dengan kasih sayang yang sederhana namun melimpah makna.

Bagiku ia adalah lelaki yang penuh pengabdian. Keringatnya yang bergulir-gulir puluhan tahun telah sukses menumbuhkan anak-anaknya. Tulangnya yang bekerja demikian keras telah menjadikan anak-anaknya hidup cukup layak. Ia tahu betul betapa penting dirinya bagi masa depan anak-anaknya.

Dia tak pernah berpesan secara khusus padaku. Namun ketika ia menatap aku, aku tahu ia berkata, “Jika aku pergi, jadilah kau yang utama. Jagalah ibumu. Jagalah adik-adikmu. Bekerjasamalah kalian menghadapi hidup. Bekerjasamalah menjaga keluarga ini."

Kini lelaki itu telah pergi. Tiada pesan apalagi warisan yang ia tinggalkan kepadaku. Hanya kebanggaan yang ia tinggalkan di dalam ruang kenangan hatiku.
Kutatap wajah sederhananya yang telah beku. Sambil memohon maaf kepadanya kuucapkan, “Selamat jalan, Lelakiku, Kebanggaanku…” 

Komentar

  1. Kubaca tulisanmu, bersama dengan teman baikmu juga: Febrian.

    Kata-kata apa yang keluar dari mulutnya saat kami habis membaca baris terakhir tulisanmu ini...

    Ku tulis apa adanya.

    "Mengharukan.....sangat menyentuh....mengharukan es...susah diomongke."

    BalasHapus
  2. Sesuatu yang baik akan kembali kepada kebaikan...............

    BalasHapus

Posting Komentar